Jumat, 30 Maret 2012
Raden Mas Sudjono dan NLP Programming
"Raden mas Sudjono suka membuang kedua cincinya berlian yang diberi nama Pepedan Telawong di sungai."
....................................................................
Raden Mas Sudjono dan NLP Programming
....................................................................
Sultan Hamengku Buwono I ketika mudanya dan masih berada di Surakarta, sangat suka sekali mengembara di hutan, menuju telaga-telaga, pesisir-pesisir, dan menaiki bukit-bukit kapur di pesisir selatan, dan paling sering mendaki gunung Merapi.
dalam perjalanan ini Beliau tidak memakai pakaian seperti priyayi, tapi cuma memakai pakaian layaknya santri, agar Beliau bisa berdiri di tengah-tengah indahnya alam dan selalu bisa meresapi indahnya alam, menjalani semedi dan tapa brata. Inti dari perenunganya yaitu sangkan paraning dumadi (dari mana dan mau kemana alam raya ini). Selain itu Beliau juga merenungkan masalah-masalah pribadinya yang rumit, yang gawat, yang mengganggu dan meresahkan jiwa.
Tapi apa saja permasalahanya selalu di renungkan dengan dasar penyadaran dari sangkan paraning dumadi ini, karena semua yang ada tentu ada yang mengadakan dan harus ada penyelidikan tentang semua itu.
Selain itu pada saat pengembaraan mempunyai maksud menyatu dengan masyarakyat jelata dalam pakaian seadanya (pakaian rakyat) ini bukan karena sikap romantik saja yang menyatakan bahwa masyarakyat desa lebih suci dari masyarakyat kota.Tapi yang utama yaitu kemlaratan masyarakyat desa ini. dalam petualangan ini Beliau mengutamakan rasa cintanya untuk yang membutuhkan.
Semua renungan yang terbagi dalam bab ekonomi, politik, sosial, budaya atau asmara selalu Beliau dasari dengan kesadaran religius. Bukan berarti bahwa segala renungan itu di cocok-cocokan dengan hukum agama, tapi di dasari oleh kesadaran sangkan paraning dumadi atau disandarkan dalam sumber kejadian nyata.
“Ini adalah salah satu metode latihan untuk melatih niat yang kuat”
dalam latihanya agar menjadi orang dewasa juga melatih menguasai jasmani untuk kepentingan batin, pikiran dan perasaan, caranipun dengan cara praktis seperti orang melatih kuda agar bisa menyatu dengan penunggangnya,yaitu dengan tali kendali.Tali kendali untuk jasmani diserahkan pada batin, yaitu berupa disiplin kerja keras, kesederhanaan hidup, puasa, dan kesetiaan dalam ritme agama. selain ini juga mengutamakan niat yang kuat, karena niat yang kuat ini energi dari rasa cinta yang tinggi. Disebut dalam kitab “cebolek” bahwa tiap hari jumat Raden mas Sudjono suka membuang kedua cincinya berlian yang diberi nama Pepe dan Telawong di sungai waktu malam hari lalu Beliau terjun dalam sungai tadi untuk mencari sampai tinemu lagi meskipun hingga fajar baru di temukan cincin-cincin ini.
Sultan hamengku Buwono I, sebelum menjadi Raja bernama Pangeran Mangkubumi, dan ketika masih mudanya bernama Raden Mas Sudjono. Beliau adalah saudara Sunan Paku Buwono II tapi beda ibu, dan putra dari Susuhunan Amangkurat IV. Saat bergelar pangeran Beliau mengabdi pada Sunan Paku Buwono II ini, di kraton surakarta, dan sesudahnya beliau memberontak dan menang sehingga menjadi Raja Ngayogyakarto Hadining Rat dengan gelar Sultan hamengku Buwono I, pada taun 1775.
http://be4rt.com/budaya/cebolek-hamengku-buwono-i/
…………………………
Apakah NLP itu?
…………………………
Apakah NLP itu? NLP berawal dari tesis seorang mahasiswa, Richard Bandler, dengan profesornya, John Grinder pada tahun tujuh puluhan. Bandler ingin menjawab sebuah pertanyaan mendasar: kenapa seseorang bisa sukses sementara orang lain tidak? Setelah melakukan penelitian secara intens-sistematis, mereka menemukan sebuah jawabannya. Ternyata, orang-orang sukses dalam meraih keberhasilannya memiliki perilaku yang nyaris sama dalam hal strategi-strateginya. Kesemua strategi itu akhirnya dapat dikodifikasikan dan dimodelkan yang pada gilirannya dapat ditiru (dimodel) oleh orang lain yang ingin sukses.
Ada tiga istilah yang harus saya jelaskan secara harfiah. Neuro, berarti sel syaraf otak. Dalam konteks ini, bagaimana sel-sel tersebut mencatat atau merekam informasi di sekitas kita setelah mendapatkan stimulus. Menurut para ahli neuro science, sel syaraf otak kita menerima 4 juta item informasi per detiknya. Informasi itu masuk ke dalam alam pikir kita melalui peran sel-sel syaraf atau akson.
Menurut Pasiak (2204) dalam otak manusia terdapat akson yang berfungsi sebagai pemberi pesan dalam tubuh kita. Akson setelah menerima stimulus dari luar dan diproses melalui dua cara:1) sinyal listrik dan 2) sinyal kimiawi (neurotransmitter). Dengan proses listrik dan biokimiawi inilah informasi yang jumlahnya jutaan itu dicatat dan direkam. Sangat kompleks yang kita rekam, dari apa yang kita lihat, dengar, dan raba/pegang hingga apa yang kita baui dan kita rasakan melalui panca indera. Dengan kata lain, neuro berarti bagaimana sel-sel syaraf otak menerima informasi.
Semua yang kita sensing melalui panca indera itu, pencatannya membutuhkan kebahasaan (linguistic) sebagai alat bantu. Inilah unsur kedua dari pengertian harfiah NLP, yakni linguistic. Tanpa bahasa otak kita tidak bisa mereprentasikan, tidak bisa menggambarkan apa kita alami. Contoh betapa bahasa akan memudahkan kita untuk merepresentasikan sesuatu peristiwa agar pikiran mudah mencatat/merekamnya. Katakanlah Anda mengalami sebuah peristiwa makan pagi misalnya. Tentunya Anda dapat melihat (potret makan pagi) dalam pikiran Anda. Anda juga dapat merasakannya: enak, menyenangkan, membauinya dan mendengarkan tegukan air minumnya.
Semuanya itu tercatat/terekam dengan baik. Gambaran mental, imej terhadap peristiwa makan pagi, masih tercatat dengan baik. Namun problem muncul kemudian ketika Anda ingin menceritakan peristiwa yang menyenangkan itu kepada orang lain. Anda tidak akan bisa menceritakan ulang tanpa bantuan bahasa. Bahasa dengan demikian, satu sisi mempermudah bagaimana pikiran merepresntasikan sebuah peristiwa (representasi internal); pada sisi lain mempermudah bagaimana menceritakan ulang peristiwa tersebut kepada orang lain.
Setelah manusia secara neurologis dapat mengambil informasi, dan melalui bahasa manusia dapat merepresentasikan/mengomukasikannya ke orang lain; manusia dengan akal sehatnya dapat membuat sebuah rencana atau program-program tertentu agar kualitas hidupnya meningkat (sukses). Inilah yang disebut programming dalam NLP. Program-program ini juga tidak lepas dari peran bahasa.
Programming berarti mengacu sebuah rencana tindakan, strategi atau pola perilaku (pattern). Hampir semua tindakan atau aktifitas dapat dipolakan atau diprogramkan. Makan pagi, belajar, bekerja rutin nyaris membutuhkan pola-pola tindakan yang menjadi kebiasaan. Perilaku merokok pun ada pola tindakannya dimulai dari: membeli rokok,membuka, menyulutnya, menghirup dan merasakan kepulan asapnya, buang abu ke asbak hingga membeli lagi bila sudah habis.
Semua pola tindakan yang sudah membiasa, hampir tidak pernah kita kritisi lagi. Apakah pola tindakannya itu, programming-nya itu, dapat mengantarkan pelakunya ke tingkat kehidupan yang lebih baik, atau justru menjerumuskannya. Kebiasaan merokok, programming pikiran yang disebut merokok, nyaris tidak dikritisi lagi apakah justru memberdayakan atau merugikan karena hanya menghasilkan banyak efek negatifnya dari pada efek positifnya.
Programming dapat juga berarti pola pikir yang diaktualisasikan. Bila Anda kebetulan memiliki pola pikir bahwa “bisnis adalah serangkaian tindakan yang penuh resiko”, maka nasib Anda dapat dipastikan tidak akan menjadi seorang pebisnis. Pola pikir, yang dalam NLP disebut programming akan menentukan nasib si pemilik program itu. Bila saya memiliki program bahwa “menulis adalah serangkaian tindakan yang mengasyikkan” maka nasib saya hari ini menjadi penulis.
Programming, merupakan pemandu tindakan menuju hasil. Bila saya memogram pikiran saya bahwa “hidup adalah serangkaian tindakan yang menggairahkan”, nyaris setiap detik aktifitas saya merasa bergairah dan penuh semangat. Anda pun mulai saat ini dapat memrogram pikiran Anda sesuai dengan apa yang ingin Anda inginkan.
Dari uraian di atas, yakni neuro, linguistic, dan programming, dapat diambil simpulannya (generalisasi)-nya. Neuro mengacu pada peran sel-sel syaraf otak dan fungsinya dalam menerima situmulus (informasi) dari luar. Linguistic, lebih terkait erat dengan peran bahasa sebagai media komunikasi dengan diri sendiri (intra-communication) dan inter-communication. Programming menyangkut soal perilaku yang terpola. Apabila menurut Vygotsky3 bahwa bahasa merupakan mental tool yang berguna untuk mengontruksi pengengetahuan (informasi) dan pengembangan diri, maka NLP (berikut peran bahasa) berarti seperangkat alat untuk mengonstruksi atau memogram pikiran (mental) agar seseorang bisa berkembang dan sukses.
Definisi
Banyak definisi tentang NLP. Ada yang menyebut psikologi ekselensi. Ini tidak lepas karena melalui teknik-teknik NLP seseorang memungkin dirinya akan tumbuh menjadi manusia excellent. Dari tidak tahu potensi dirinya yang tersmipan di pikiran bawah sadar menjadi sadar untuk mengoptimakannya.
Sebagain penulis NLP mendefinisikan sebagai studi tentang subjective experience. Ini terkait dengan pengalaman subjektif atau persepsi subjektif seseorang terhadap suatu peristiwa. Adalah sangat mungkin persepsi subjektifnya seseorang berbeda terhadap peristiwa yang sama. Contohnya, huruf “C” dapat dibaca cekung atau cembung sama-sama benarnya, tergantung sudut pandang pembaca. Satu gelas berisi air setengahnya, dapat dikatakan “setengah isi” atau “setengah kosong”. Masing-masing benar menurut sudut pandang subjektifnya.
Terkait dengan subjective experience, seseorang memandang bisnis sebagai aktifitas yang sangat menyenangkan, sebagaian lagi memandangnya sebagai hal yang memusingkan dan penuh resiko. Peristiwanya sama, yakni bisnis, namun persepesinya berbeda. Perbedaan ini tidak lepas dari nilai-nilai dan kepercayaan (belief) yang dimilikinya sebagai filternya. NLP sangat peduli dengan hal ini, yakni merubah sudut pandang yang keliru atas suatu hal secara ekologis dan nilai-nilai individual.
Sebagian lagi mendefinisikan NLP studi yang mempelajari teknik-teknik untuk merealisasikan program pikiran menjadi kenyataan. Atau mind to real (mind to muscle). Program yang kita rencanakan seringkali tidak jalan, tidak menjadi kenyataan. Hal ini karena apa yang kita programkan, apa yang kita pikirkan, belum sepenuhnya dijalankan oleh tubuh kita. Belum ada sinkronisasi antara program dalam pikiran dengan tubuh sebagai pelaksana. NLP mencoba memberikan teknik-teknik agar pikiran dan tubuh terjadi sinkronisasi. Sebab, sepanjang apa yang kita pikirkan belum membodi, belum menjasi badai biokimiawi yang memungkinkan tubuh menjadi siap melaksanakannya, maka apa yang kita pikirkan sulit untuk direalisasikan.
Dari sekian definisi, ada satu definisi yang menurut saya cukup representatif untuk mamahami apa itu NLP. Coolingwood (2005) mendefinisikannya “ NLP studies the way people take information from the world, how they describe it to themselves with their senses, filter it with their beliefs and value and act on the result”.
Dari definisi Coolingwood tersebut di atas bahwa NLP merupakan studi tentang: Pertama, bagaimana manusia mengabil informasi dari dunia sekitar melalui interaksi dan stimulus. Hasilnya, yakni sensing melalui apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan diolah oleh cortex dengan neuro-transmiternya, mengubahnya menjadi informasi yang tersimpan di pikiran. Apa yang tercatat dan tersimpan itu disebut representasi internal.
Kedua, bagaimana apa yang sudah direprenatasikan itu dapat dipahami oleh dirinya. Tentunya tingkat pemahamananya sangat subjektif –maka disebut subjective experience—sifatnya menurut tingkat pendidikan, kepercayaan/keyakinan,dan nilai-nilai subjektif lainnya. Menurut hemat saya, tidak saja bagaimana apa yang direpresentasikan itu dapat dipahami oleh diri sendir, tetapi bagaimana dapat dipahami oleh orang lain. Di sinilah pentingnya peran kebahasaan (linguistic). Apa yang Anda alami dalam hidup ini tidak cukup untuk dirinya sendiri tetapi akan lebih bermakna bila dikomunikasikan dengan orang lain melalui bahasa.
Ketiga, bagaimana hasil dari pemahaman itu. Atau bagaimana apa yang direprensentasikan ke dalam pikiran itu menjadi lebih bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Sebuah pengalaman, sebuah pemahaman subjektif bukanlah berakhir pada pemahaman itu sendiri, melainkan kebermanfaatan bagi dirinya dan orang lain jauh lebih penting. Sebuah pengalaman memasak misalnya kurang bermanfaat bila hanya diimpan dalam pikiran sebagai arsip. Namun apa bila dipraktikkan, take action, akan menjadi lebih bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
NLP sangat peduli dengan “acting on the result”, bukan hanya sekedar memahami dunia di sekilingnya, melainkan bagaimana semua pengalaman yang kita miliki menjadi kekuatan, menuju manusia sukses. Maka tidak heran kalau para ahli NLP menyebut NLP adalah program pikiran menjadi kenyataan, from mind to real. Singkatnya, bagaimana sebuah program pikiran benar-benar mem-body sehingga menjadi perilaku sukses.
http://portalnlp.com/pengertian-dan-definisi-nlp/
..........
Tirakat
..........
Manusia jawa(tiyang Jawi) pada umumnya rela /mau dengan sengaja, menempuh kesukaran dan ketidaknyamanan untuk maksud-maksud ritual dalam budaya ritual keagamaan, yang berakar dari pikiran bahwa usaha-usaha seperti itu dapat membuat orang teguh imannya dan mampu mengatasi kesukarankesukaran, kesedihan dan kekecewaan dalam hidupnya. Mereka juga bahwa orang bisa menjadi lebih tekun, dan terutama bahwa orang yang telah melakukan usaha semacam itu kelak akan mendapatkan pahala.Tirakat kadangkadang dijalankan dengan berpantang makan selain nasi putih saja (Mutih) pada hari senin dan kamis, dengan jalan berpuasa pada bulan puasa (Siyam) ada terkadang juga berpuasa selama beberapa hari (Nglowong) menjelang hari-hari besar Islam, seperti pada Bakda Besar (Bulan pertama menurut perhitungan orang Jawa), yaitu bulan Sura. Orang Jawa juga mempunyai adat untuk hanya makan sedikit sekali (tidak lebih daripada yang dapat dikepal dengan satu tangan) ngepel, untuk jatah makannya selama satu atau dua hari, atau adat untuk berpuasa dan menyendiri dalam suatu ruangan (ngebleng), bahkan ada juga yang melakukannya di dalam suatu ruangan yang gelap pekat, yang tidak dapat ditembus oleh sinar cahaya (patigeni) Tirakat dapat juga dijalankan pada saat-saat khusus, misalnya pada waktu orang menghadapi suatu tugas berat, waktu mengalami krisis dalam keluarga, jabatan, atau dalam hubungan dengan orang lain, tetapi dapat juga pada waktu suatu masyarakat atau negara berada dalam suatu masa bahaya, pada waktu terkena bencana alam, epidemi dan sebagianya. Dalam keadaan seperti itu melakukan tirakat dapat dianggap sebagai tanda rasa prihatin yang dianggap perlu oleh orang Jawa bila seseorang berada dalam keadaan bahaya.
..............................
Bertapa ( Tapabrata )
..............................
Tapabrata dianggap oleh para penganut Agami Jawi sebagai suatu hal yang sangat penting, Dalam kesusateraan kuno orang kuno, konsep tapa dan tapabrata diambil langsung dari konsep Hindu tapas, yang berasal dari bukubuku Veda. Selama berabad-abad para pertapa dianggap sebagai orang keramat, dan anggapan bahwa dengan menjalankan kehidupan yang ketat dengan disiplin tinggi, serta mampu menahan hawa nafsu, orang dapat mencapi tujuan-tujuan yang sangat penting. Dalam cerita-cerita wayang kita sering dapat menjumpai adanya tokoh pahlawan yang menjalankan tapa. Orang jawa mengenal berbagai cara bertapa, dan cara-cara itu telah disebutkan oleh J. Knebel (1897 : 119-120 ) dalam karangannya mengenai kisah Darmakusuma, murid dari seorang wali di abad ke 16, berbagai cara menjalankan tapa adalah :
1.Tapa ngalong, dengan bergantung terbalik, dengan kedua kaki diikat pada dahan sebuah pohon.
2.Tapa nguwat, yaitu bersamadi disamping makam ( nenek-moyang anggota keluarga, atau orang keramat, untuk suatu jangka waktu tertentu.
3.Tapa bisu, dengan menahan diri untuk tidak berbicara, cara bertapa semacam ini biasanya didahului oleh suatu janji.
4.Tapa bolot, yaitu tidak dan tidak membersihkan diri selama jangka waktu tertentu.
5.Tapa ngidang, dengan jalan menyingkir sendiri ke dalam hutan.
6.Tapa ngramban, dengan menyendiri di dalam hutan dan hanya makan tumbuh-tumbuhan
7.Tapa ngambang, dengan jalan meremdam diri di tengah sungai selama beberapa waktu yang sudah ditentukan.
8.Tapa ngeli, adalah cara bersamadi dengan membiarkan diri dihanyutkan arus air di atas sebuah rakit.
9.Tapa tilem, dengan cara tidur untuk suatu jangka waktu tertentu tanpa makan apa-apa.
10.Tapa mutih, yaitu hanya makan nasi saja, tanpa lauk pauk.
11.Tapa mangan, dilakukan dengan jalan tidak tidur, tetapi boleh makan.
Ketiga jenis tapa yang tersebut terakhir, sebenarnya juga dilakukan oleh orangorang yang hanya menjalankan tirakat aja, oleh karena itu batas antara tirakat dan tapabrata itu tidak begitu jelas. Walaupun demikian bahwa kita harus memperhatikan bahwa ke 11 jenis tapabrata itu jarang dilakukan secara terpisah, semua biasanya dijalankan dengan tata urut tersendiri, atau dilakukan dengan cara menggabung-gabungkan. Oleh karena itu tapa semacam itu mirip dengan tapas pada orang hindu dahulu, sehingga dengan demikian ada suatu perbedaan fungsional antara tirakat dan tapabrata. Namun sering terjadi bahwa orang melakukan tapabrata bersamaan dengan samadi, dengan maksud untuk memperoleh wahyu. Tentu saja tujuan dari tapa semacam ini adalah untuk mendapatkan kenikmatan duniawian, akhirnya perlu disebutkan bahwa pada orang Jawa tapa merupakan salah satu cara penting dan utama untuk bersatu dengan Tuhan.
...............................
Meditasi atau Semedi
...............................
Bahwa meditasi dan tapa adalah sama, serta perbedaan antara keduanya hanya terletak pada intensitas menjalankannya saja. Teknik-teknik serta latihanlatihan untuk melakukan meditasi ada bermacam-macam, yaitu dari yang sangat sederhana, seperti memusatkan perhatian pada titik-titik hujan yang jatuh ditanah, hingan yang sukar dan berat dijalankan, seperti menatap cahaya yang terang benderang dari dalam sebuah gua yang gelap ditepi pantai, dengan gemuruh ombak sebagai latar belakangnya, sambil berdiri dengan posisi yang sukar selama 12 jam berturut-turut. Meditasi atau semedi memang biasanya dilakukan bersama-sama dengan tapabrata, orang yang melakukan tapa ngeli misalnya, tidak hanya duduk diatas rakitnya saja sambil mbengong, tidak berbuat apa-apa, ia biasanya juga bermeditasi. Sebaliknya meditasi seringkali juga dijalankan bersama dengan suatu tindakan keagamaan lain, misalnya dengan berpuasa atau tirakat. Maksud yang ingin dicapai dengan bermeditasi itu ada bermacam-macam, misalnya untuk memperoleh kekuatan iman dalam menghadapi krisis sosial ekonomi atau sosial politik, untuk memperoleh kemahiran berkreasi atau memperoleh kemahiran dalam kesenian, untuk mendapatkan wahyu, yang memungkinkannya melakukan suatu pekerjaan yang penuh tanggung jawab atau untuk menghadapi suatu tugas berat yang dihadapinya. Namun banyak orang melakukan meditasi untuk memperoleh kesaktian ( kasekten ) disamping untuk menyatukan diri dengan sang Pencipta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar