Blogroll

GN

Minggu, 26 Februari 2012

Tommy Winata dan Harimau

Tommy Winata dan Harimau
  Oleh Budi Santoso Budiman
Banyak orang lebih mengenal sosok Tommy Winata selaku pengusaha nasional di berbagai bidang. Ternyata, ia juga punya kegemaran keluar masuk hutan dan berpetualang di dalamnya.
Saat mendampingi Menteri Kehutanan (Menhut), MS Kaban, meliarkan dua dari lima ekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) di hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Pekon Way Haru, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Provinsi Lampung, belum lama ini, bos Artha Graha itu pun mengungkapkan sisi lain kehidupannya.
Berbincang santai dengan anggota rombongan, Tommy Winata --yang lebih akrab disapa dengan inisial namanya, TW-- berkisah tentang petualangan selama mengurus perusahaan wisata alam di dekat hutan TNBBS di Lampung Barat itu.
Perusahaannya di sana adalah PT Adhiniaga Kreasinusa (AKN), yang mengambil alih usaha PT SAC Nusantara mengelola ekowisata di Tampang Belimbing (Tambling).
Perusahaan itu mendapatkan izin konsesi mengelola 100-an ha areal hutan TNBBS untuk tujuan wisata alam.
Selama belasan tahun mengelola ekowisata di Tambling yang berlokasi di wilayah terpencil di ujung Selatan Pulau Sumatera (Tanjung Belimbing) itu, TW mengaku pernah bertemu langsung dengan beberapa ekor harimau liar di hutan saat berjalan-jalan bersama istri dan anaknya.
"Saya saat itu naik sampan, sempat ketemu dengan tiga ekor harimau liar, satu di antaranya masih kecil, hanya dalam jarak sekitar 20-an meter," ujar TW.
Dia mengaku biasa-biasa saja saat berpapasan secara kebetulan dengan tiga ekor harimau itu, karena tidak berniat mengganggu satwa liar yang dikenal buas dan kerap memangsa ternak dan manusia itu.
"Sempat liat-liatan dengan harimau itu, dan kami saling tatap," kata TW.
Ia mengaku mengetahui bahwa hewan buas yang dilindungi itu biasanya akan menggigit manusia dari belakang melalui tengkuknya atau mengancam manusia yang sengaja akan mengganggunya.
Oleh karena TW bersama rombongannya saat itu tidak berniat mengganggu harimau-harimau tersebut, maka ia pun tetap memberanikan diri menghadapi keluarga sang raja hutan.
Benar saja, menurut Tommy, karena ketiga harimau itu akhirnya berbalik badan dan kembali masuk ke dalam hutan meninggalkan rombongan keluarga TW mereka tanpa melakukan aktivitas yang membahayakannya.
"Saya yakin, kalau kita tidak mengganggu harimau itu, binatang buas itu juga tidak akan mengganggu kita," ujarnya.
Selama berada di sekitar hutan pada areal pengelolaan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) dia pun bersama anak dan istrinya juga kerap berkeliling tanpa diganggu dan tidak mengganggu satwa liar yang ada di sana, termasuk harimau, gajah dan binatang besar lainnya.
TW pun mengakui, salah satu hobinya berpetualang keluar masuk hutan, sehingga senantiasa berkeinginan hutan yang masih tersisa di Lampung tersebut dapat dilestarikan, agar semua satwa liar yang hidup di dalamnya menjadi aman dan nyaman berbiak.
"Cuma ada lima hal yang menjadi motif saya untuk mengurusi harimau dari Aceh ke Lampung itu, yaitu cinta pada lingkungan hidup," kata TW.
TW pun menyebut satu per satu huruf yang disimbolkan sebagai motifnya, yakni "C", "I", "N", "T" dan "A" alias "CINTA". Hal itu diungkapkannya saat ditanya wartawan mengenai motivasinya mengeluarkan dana berjumlah miliaran rupiah untuk mengurusi pemindahan lima harimau dari kawasan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ke Lampung.
Ia juga mengungkapkan bahwa mengelola TWNC sejak belasan tahun lalu yang tidak memberikan keuntungan material. "Boro-boro mau untung, malah saya banyak tekor mengurus semua itu," kata boss kelompok bisnis Artha tersebut.
Menurut dia, selama mengurus TWNC, maka setidak-tidaknya setiap bulan dirinya harus mengeluarkan dana operasional, termasuk gaji karyawan, antara Rp550 juta hingga Rp650 juta.
Biaya tersebut, menurut dia, belum termasuk yang harus dikeluarkan dalam pemindahan dan perawatan lima harimau dan satu buaya yang dibawa dari Aceh ke TWNC, yang biayanya berkisar Rp5 miliar hingga Rp6 miliar.
Dua harimau itu jantan, yang diberi nama "Pangeran" dan "Agam" telah diliarkan di hutan TNBBS pada Selasa (22/7) pagi, dan tiga harimau lainnya --yang betina bernama "Panti" dan dua jantan "Ucok" dan "Buyung"-- masih dalam perawatan di kandang guna beradaptasi di lahan milik TWNC di dekat hutan TNBBS.
Artha Graha Peduli juga menyepakati kerjasama dengan Departemen Kehutanan untuk membina dan mengawasi areal hutan seluas sekitar 50.000 ha di sekitar kawasan ekowisata TWNC.
TW berujar, siap mengajak siapa saja yang masih mencurigai komitmen dirinya mengurusi hutan dan harimau di TNBBS itu untuk datang sekaligus melihat langsung yang dilakukan di sana.
"Kalau mau bisa jadi relawan, dan datang ke sini untuk melihat dan membantu kami, agar dapat lebih jelas mengetahui apa saja yang dilakukan dan terjadi di sini," katanya.
Ia pun mengatakan, kepedulian dirinya itu, seperti halnya saat ikut membantu penanganan korban tsunami di Aceh, yakni sama sekali tidak ada kaitannya dengan urusan bisnis.
"Apakah setelah membantu korban tsunami di Aceh itu, kemudian saya minta order dari sana, kan tidak," ujarnya.
Menurut dia, komitmen dirinya adalah hutan yang masih tersisa itu dapat benar-benar dilindungi dan dilestarikan, sehingga satwa di dalamnya juga menjadi terlindungi.
"Kalau urusannya sudah berkaitan dengan hobi dan komitmen seperti itu, ya tidak perlu semua mau dihitung untung ruginya," demikian TW. (Sumber: www.antara.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar